http://www.4shared.com/document/9QHtlorz/header_blogku.html Zara Blog Spot: Memilih Menjadi Aktifis Pemberdayaan Masyarakat

The content presented here requires JavaScript to be enabled and the latest version of the Macromedia Flash Player. If you are you using a browser with JavaScript disabled please enable it now. Otherwise, please update your version of the free Flash Player by downloading here.

Kamis, 23 Juni 2011

Memilih Menjadi Aktifis Pemberdayaan Masyarakat

Oleh : Ruslan Daud Mendogu

Menjadi seorang aktifis (LSM, KSM, dan bentuk-lainnya) adalah pilihan yang ditetapkan dengan kesadaran penuh akan beban tanggungjawab yang harus dipertanggunggugatkan pada masyarakat umum yang selama ini kita pakai nama mereka untuk mengakses berbagai program dan kegiatan.  Pilihan menjadi aktifis bukan pilihan terakhir dari berbagai pilihan yang kita sanggup bersaing didalamnya, baik secara materi maupun secara SDM yang kita miliki dan kita tidak lagi memiliki pilihan lain selain dunia aktifis.

Jangan pernah mempersoalkan cara masuk kita dalam dunia yang sebagian besar masyarakat Indonesia hanya dipandang sebelah mata dan tidak ada apresiasi, yang diberikan kepada indifidu yang bergelut dengan dunia seperti ini yang pada tingkatan tertentu seseorang harus mengorbankan apa yang dimilikinya agar proses perjuangan terus berkelanjutan. Dunia yang satu ini bukan dunia pegawai yang dapat menjamin dapur kita tetap megenpul walaupun kita tidak menjalankan tugas – tugas yang menjadi kewajiban kita untuk melaksanakannya yang dengan itu kita digaji rakyat setiap bulannya. Dunia ini juga bukan dunia pekerja perusahaan yang memberikan gaji yang sangat tinggi dan hadiah-hadiah bagi prestasi yang kita capai. Dunia aktifis adalah dunia yang sebagian orang menganggapnya sebagai dunia antah berantah yang hanya ada diawang-awang  Dunia asing yang banyak belum dipahami oleh sebagiam besar orang bahkan kita sendiri yang ada didalamnya.

Sebagian aktifis LSM menganggap dunia ini (Aktifis) sebagai dunia pelarian dari berbagai pilihan yang kita tidak mampu bersaing didalamnya. Dunia LSM adalah dunia yang hanya dijadikan persinggahan sementara sebelum kita berada pada pilihan yang benar-benar kita harapkan. Dunia ini bagi kalangan kita sendiri yang bergelut didalamnya hanya  ditempatkan  pada pilihan paling buncit dari semua pilihan yang ada diotak kita. Dunia yang sehari-harinya kita geluti ini, tidak pernah menjadikan kita sadar dan memahami bahwa pilihan untuk tetap berada pada dunia ini adalah pilihan yang harus dipertanggungngjawabkan terlepas dari cara kita berada didalamnya baik sebagai pelarian maupun memang dunia yang satu ini menjadi pilihan utama kita dari berbagai pilihan yang menggiurkan dan menjanjikan perbaikan kualitas kesejahteraan indifidu yang terkait didalamnya.


Dunia yang berbasis pada keberpihakan kepada masyarakat miskin yang dijauhkan dari hak-hak mereka belum membuat kita bertanggungjawab dengan apa yang seharusnya menjadi tugas dan kewajiban kita. Kita akhirnya terjerumus pada mental birokrat yang hanya memperjuangkan pemenuhan hak-haknya tanpa peduli bahwa ada kewajiban yang harus dipenuhi sebelum menuntut hak-hak kita. Mental birokrat yang selama ini kita kritisi ternyata menjadi kecenderungan yang kita ikuti. Kita ternyata berlindung dibalik lembaga yang eksis memperjuangkan keadilan, namun kita tidak pernah berupaya untuk ikut pada ideologi yang dipegang kuat  oleh lembaga ini. Kita ternyata telah menjadi penjual obat yang berupaya untuk menarik minat pembeli agar memakai obatnya, namun ia sendiri tidak pernah mau memakai produk yang ia .perjuangkan mati-matian agar orang mau memakainya.

Kondisi yang benar-benar lucu dan tidak pantas terjadi pada orang-orang yang selalu mengatasnamakan perjuangan, keadilan dan tanggungjawab. Kita juga ternyata terlalu banyak menuntut hak sementara kewajiban kita hanya sebagian kecil yang kita jalankan, anehnya walaupun pada kenyataaan samasekalipun kita tidak menjalankan kewajiban, kitapun tetap menuntut hak-hak material kita agar dipenuhi. Dunia memang sudah gila, segila diri kita yang tidak pernah mau bertanggungjawab dengan apa yang menjadi kewajiban kita. Lantas apa bedanya kita dengan mereka yang selama ini kita kritisi? Bertanyalah pada lubuk hatimu yang paling dalam.

Seharusnya menjadi aktifis adalah pilihan yang benar-benar kita sadari terhadap berbagai konsekwensi dari pilihan tersebut. Seharusnya sejak awal kita menyadari bahwa dunia yang sekarang kita bergelut didalamnya ini adalah dunia yang penuh dengan nilai-nilai pengorbanan dan keperpihakan pada masyarakat yang terpinggirkan secara struktural maupun secara sosial. Dunia ini sekali – kali bukan dunia bisnis atau dunia dimana kita akan mendapatkan keuntungan finansial, walaupun dalam beberapa kegiatan kita diapresiasi dengan itu, namun itu seharusnya tidak menjadi tujuan dan fokus utama mengapa kita berada dijalur ini. Apa yang kita peroleh seharusnya menjadi pemicu semangat untuk lebih giat bekerja dan berkreasi dan tidak justru menjadi tuntutan satu-satunya yang harus dipenuhi tanpa kita bertanggungjawab dengan kewajiban yang seharusnya kita jalankan kemudian kita menuntut hak kita terassebut.
Masih pantaskah kita menyebut diri sebagai seorang aktifis kemanusiaan? Jawabannya hanya Allah dan kita sendiri yang Tahu. Waallhu A’lam Bissowab. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar